Wednesday, November 9, 2011

♥:: Love Story in The Library "ParT I"::♥



Mungkin dia sedang jatuh cinta,..
Ya,.. mungkin laki - laki itu sedang jatuh cinta,..
Sebagai anggota Osis setiap selasa, sepulang sekolah aku bertugas untuk menjaga perpustakan. Karena aku sangat menyukai buku dan perpustakaan jadi aku sangat menikmati tugas ini. Lagi pula akhir - akhir ini ada orang yang menarik perhatianku. Lelaki itu rambutnya kecoklatan dan memakai anting, bukan ciri - ciri orang yang suka menghabiskan waktu di perpustakaan. Dia sering duduk di bangku dekat jendela dan tatapannya lebih lama terarah keluar jendela dibandingkan membaca buku yang ada dihadapannya. Hingga akhirnya aku menyimpulkan MUNGKIN dia kesini untuk memandangi orang yang disukainya.
Hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk mendekati dia yang sedang duduk di kursi biasanya dan sibuk menghalau sinar matahari dengan tangannya. jadi aku berinisiatif menarik Gordeng yang berada didekat tempat dia duduk, agar dia tidak terlalu kena silau matahari dan seketika ia menoleh ke arahku dan mengejutkanku.
"eh,.. tenang saja, Jendela yang didepanmu tak akan ku tutup.." Jawabku gugup menyadari sesosok makhluk yang begitu mempesona memandangku.
Aku bingung karena dia hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun ketika melihatku, aku yakin dia bukan terdiam karena terpesona melihatku karena aku sadar bahwa aku tidak begitu menarik untuk ia kagumi. Tapi aku belum jera aku kembali memberanikan diri untuk berbicara kepadanya lagi.
"Tapi,.. apa sinar mata harinya nggak bikin kamu silau?" usahaku kali ini tak sia sia, ternyata ia menjawab pertanyaanku.
"iya sih, Tapi dari sini aku bisa melihatnya dengan jelas" jawabnya datar.
Aku pun melangkahkan kaki ku kedepan untuk melihat pemandangan yang ada dijendela tempat laki - laki itu duduk dan diluar jendela itu terlihat para siswi dari club Tennis sedang berlatih. “orang yang kau sukai, apakah anggota clup Tennis ya?" tanya ku ngelantur karna aku merasa sedikit kecewa mengetahui kenyataan itu. Tapi respon laki - laki itu mengejutkan dan menakutiku."Hah,.."
Sungguh saat itu aku merasa takut, aku tau sebagai orang yang tidak saling kenal aku telah terlalu lancang memasuki ruang pribadinya hingga mukaku merah padam karena malu, bicaraku pun terbata - bata padanya " ah,, Gawat,.. eh,. anu... aku,.. habisnya kamu sering tersenyum sambil melihat keluar jendela. jadi kupikir kamu sedang mengamati orang yang kamu sukai"
"Aku,.." Tanya laki – laki itu bingung.
Oh Tuhan,.. lelaki itu kembali menatapku dengan muka polosnya, Tuhan jangan biarkan kedua mata kami bertemu karena itu akan membuatku mati gaya, untungnya Laki - laki itu cepat berbicara sehingga ia tidak harus mendengarkan dentuman jantungku.
"Menjijikan, ya? karena aku hanya bisa melihatnya saja." keluh laki - laki itu mengasihi sikapnya.
"..nggak kok, menurutku pasti senang rasanya. aku iri pada orang yang kau sukai itu"
Aku tak tau darimana aku mendapatkan keberanian hingga kata - kata itu lancar keluar dari mulutku, yang aku tau aku hanya ingin menghiburnya. Aku tak mau melihat mukanya yang tampan menjadi suram karena sedih.
keesokan harinya aktifitasku masih seperti biasa, aku menjaga Perpustakaan seusai jam pelajaran sekolah. aku baru tau kalau lelaki itu bernama Rio, aku yang begitu kikuk dengan lelaki tak menyangka bahwa didunia ini ada laki - laki seperti dia.
“Syukurlah, dia datang” keluhku dalam hati.
Aku sempat khawatir kalau dia nggakkan lagi datang setelah peristiwa kemarin, makanya aku sangat bersyukur ketika hari ini aku melihatnya datang lagi, sambil merapikan buku – buku di rak buku aku mencuri pandang kepadanya. Dan akibat kecerobohanku buku – buku itu jatuh menimpa tubuhku.
“seharusnya pakai tangga”
Rasanya aku kenal suara itu ah,. Iya, seharusnya aku menggunakan tangga” dan ketika aku menolehkan kepalaku kebelakang ternyata suara itu, suara itu suara Rio. Aku malu sekali apa dia tau kalau dari tadi aku memperhatikannya. Dia pun membantuku merapikan buku – buku yang berjatuhan tadi.
aku bantu merapikannya ya, karena aku yakin jika kita lakukan berdua ini akan selesai lebih cepat. Karena aku yakin kau tak ingin menghabiskan malammu untuk menyusun kembali buku – buku ini sendirian” jelas Rio sambil memberikan senyumannya padaku.
Kamipun mulai merapikan buku – buku yang berjatuhan tadi, kau tau hatiku berdegup sangat kencang. Aku bingung kenapa aku jadi seperti ini, apa mungkin aku menyukainya.
“Permisi Moza, kurasa buku ini letaknya disini” katanya sambil berdiri dibelakangku dan meletakan buku itu tepat di rak didepanku.
Sungguh aku tak bisa menahannya lagi apa lagi ketika ia berada tepat dibelakang ku, hingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya.
“Rio, Kau… orang yang kau sukai itu seperti apa?” Tanyaku nekat, seketika itu juga aku menutup mulutku dengan telapak tanganku. Aku tak tau kenapa aku sampai bersifat sebodoh itu, aku sangat malu pasti aku terlihat konyol oleh Rio karena dari ujung mataku aku bisa melihat bahwa Rio terdiam berdiri di depanku mungkin ia shock dengan pertanyaanku.
A, anu,.. aku penasaran. Karena kamu terlihat sangat menyukainya, ini memang bukan urusanku, Tapi,..” ucapanku berhenti seketika ketika kulihat pandangannya begitu tajam terhadapku, Tuhan bagaiman ini aku telah melakukan kesalahan besar ia terlihat begitu marah seolah ingin menerkamku.

To be Continue